Minggu, 29 Juni 2008

Jatuh Bangun Pinkan Mambo Pascakeluar dari Ratu

Saat-saat keluar dari Ratu adalah momen yang tak terlupakan bagi Pinkan. Perempuan kelahiran Manado, 11 November 1980, itu bingung, tidak punya pegangan dan khawatir karirnya berakhir.

Pinkan membayangkan, dirinya akan memulai karir dari nol, membuat demo vokal baru, berjuang dari kafe ke kafe lagi seperti sebelumnya. "Saat itu aku berpikir, Pinkan nggak boleh malu. Harus berjuang walaupun secara psikologis aku pasti malu," ungkapnya saat berbincang dengan Jawa Pos di sebuah kafe di Cilandak Town Square, Jumat (27/6).

Selama beberapa hari Pinkan tidak mendapat kepastian. Tidak ada kontrak kerja dengan pihak mana pun. Padahal, saat bersama Ratu, dia terbiasa mendapat kepastian kerja dan ''dibuai" setumpuk jadwal manggung.

Pinkan mengakui, saat itu sangat shock. Terlebih, tidak lama kemudian gosip soal bayi yang ada di kandungannya itu tidak ada ayahnya mulai terdengar keras. "Tapi, deep in my heart aku tahu ada ayah dari bayi aku. I want to speak that time, tapi (akhirnya) biar waktu yang jawab," ungkapnya.

Berusaha tegar, namun akhirnya sifat perempuan Pinkan muncul. Dia kerap menangis karena berat menahan beban. "Tapi, keluar dari Ratu itu sebagai bukti aku cinta sama bayiku, pembelaan aku terhadap bayi. Bukan tentang uang. Memang Ratu punya kebijakan sendiri dan aku harus memilih. Jadi, aku pilih bayi aku. Aku pergi karena aku pilih bayi aku," tegas Pinkan yang masih enggan menceritakan detail konfliknya dengan manajemen Ratu.

Bukan hanya itu, Pinkan juga terus dihantui ketakutan tidak bisa bertahan hidup. Sebab, dia juga harus membiayai pendidikan dua adiknya, Panky dan Oka. "Itu yang membuat aku menangis. Waktu itu, sudah mau bunuh diri. Karena sudah stres. Aku nggak yakin jika orang sudah ada di posisi aku waktu itu bisa bertahan karena sudah lupa sama Tuhan," paparnya.

Untung ibu kandung Pinkan, Deetje, selalu mendukung dan menyarankannya lebih dekat kepada Tuhan. "Tanteku juga bilang begitu. Waktu itu banyak teman bilang bahwa salat membantu dan Tuhan ada jika kita berdoa," kenangnya.

Lama-lama Pinkan luluh. Perempuan yang gemar eksplorasi gaya rambut itu mulai salat. "Sebelumnya, aku percaya Tuhan, tapi tidak salat. Ya, aku berusaha untuk bisa salat," tuturnya.

Salat pertama sampai kelima, kata Pinkan, belum bisa khusyuk. Setelah itu, mulai bisa merasakan dan malu berhadapan dengan Tuhan. "Tiba-tiba juga malu jadi orang boros, punya uang, tapi dihamburkan," ucapnya.

Tidak lama kemudian, ada satu hari yang sangat membahagiakan Pinkan. Yaitu mendapat kontrak dari Sony BMG dan diajak menikah dengan kekasihnya. "Itu semua in one day. Bagaimana aku nggak menangis?" Pinkan bersyukur.

Pinkan akhirnya menikah dengan Sandy Sanjaya pada 29 April 2005. Setelah itu, langsung memulai karir baru sebagai penyanyi solo dengan merilis album Kasmaran pada 2006 dan terhitung sukses. Pada 2 Juli 2008, Pinkan berencana merilis album keduanya bertajuk Wanita Terindah. "Sekarang, manajemen aku juga sudah ikut tim Sony BMG manajemen, total yang ikut terlibat kerjakan album ini 70 orang. Lebih total dan lebih baik daripada album sebelumnya. Ini kesempatan kedua buat aku, aku harap lebih sukses lagi," harapnya.

Sumber : Jawa Pos

0 komentar:

Posting Komentar