Minggu, 29 Juni 2008

Jerman vs Spanyol ( Final )

WINA - Berdasar statistik penampilan dalam final Euro, Spanyol memang lebih diunggulkan daripada Jerman (Sportivo Jawa Pos kemarin atau edisi 28 Juni 2008). Mengacu model menang-kalah, Tim Matador (sebutan Spanyol) yang juara pada 1964, lalu runner-up 1984, diprediksi berjaya dalam Euro 2008.
Sebaliknya dengan Jerman. Juara pada 1972, runner-up 1976, juara 1980, runner-up 1992, dan juara 1996, Euro 2008 adalah saatnya bagi Jerman menjadi runner-up.
Itu berdasar statistik final. Lain halnya dengan grafik penampilan. Ada kecenderungan performa tim yang berlaga dalam Euro 2008 naik-turun. Belanda mungkin menjadi perkecualian karena tampil impresif sepanjang fase grup. Tapi, Belanda toh akhirnya tersingkir pada perempat final oleh Rusia karena aksinya menurun drastis.
Menyoroti Jerman dan Spanyol, aksi kedua tim boleh dibilang tidak konsisten. Spanyol memang mampu mencatat kemenangan dalam lima laga. Tapi, kemenangan bukan ukuran penampilan sebuah tim berada di peak (puncak penampilan). ''Tidak ada tim yang tampil konsisten selama Euro 2008,'' tegas Joachim Loew, arsitek Jerman, sebagaimana dikutip Deutsche Welle kemarin (28/6).
Dia mencontohkan timnya. Die Mannschaft (sebutan Jerman) tampil impresif saat mengalahkan Polandia 2-0 dalam laga pertama 8 Juni lalu. Tapi, Jerman drop saat dikalahkan Kroasia 1-2 empat hari kemudian. Pada fase knockout, Jerman yang menunjukkan performa luar biasa saat menundukkan Portugal 3-2 dalam perempat final (19/6) drop lagi saat harus bersusah payah menekuk Turki 3-2 di semifinal 25 Juni lalu.
Singkat kata, Loew meyakini Michael Ballack dkk akan kembali dalam peak-nya dalam final. ''Dibandingkan Spanyol, kami punya masa recovery lebih baik. Jadi, kami akan lebih bugar menghadapi mereka,'' ujar Philipp Lahm, bek kiri Jerman yang menjadi bintang kemenangan timnya dalam semifinal, kepada Fox Sports.
Pernyataan Jerman mendapat balasan dari kubu Spanyol. Fernando Torres, bomber andalan Spanyol, menyatakan bahwa skill para pemain La Furia Roja (sebutan Spanyol) menjadi senjata utama timnya. Hal itulah yang disebut Torres menutupi kelemahan mereka dari segi fisik. ''Jika Jerman mengeksploitasi keunggulan postur, kami bakal memanfaatkan keunggulan skill kami sebagai senjata menekan mereka,'' tegas penyerang 24 tahun itu kepada AFP.
Selain teknis, perang nonteknis seperti psywar menjadi bagian menarik lain menjelang duel kedua tim. Jumat (27/6), Oliver Bierhoff, manajer Jerman, menyatakan bahwa Spanyol lebih diunggulkan. Kemarin (28/6), giliran gelandang Spanyol Xavi Hernandez menyebut Jerman pantas difavoritkan. Dalam sepak bola, taktik semacam itu disebut dengan kidology alias berusaha melempar beban ke lawan.
''Jerman pantas menjadi favorit karena mereka punya sejarah lebih baik dibanding kami. Apalagi, ada semacam trauma bagi Spanyol mengacu kegagalan dalam Euro 1984,'' ungkap Xavi kepada Daily Mail.
Pernyataan Xavi itu, tampaknya, memang merupakan sebuah strategi dari Spanyol. Terlebih, rekan setimnya mengaku Jerman tidak layak menjadi favorit dalam final.
Sebut saja pernyataan winger David Silva dan defender Carlos Marchena yang hampir senada. ''Dari rekor penampilan dalam Euro 2008, kami lebih baik karena Jerman pernah kalah sekali,'' kata dua punggawa Spanyol yang sama-sama bermain di Valencia itu kepada Sports Illustrated.
Sumber : Jawa Pos

0 komentar:

Posting Komentar