Minggu, 29 Juni 2008

Kutub Utara Terancam Tanpa Es

Kutub Utara tak selalu identik dengan daratan beku, rupanya. Beberapa ilmuwan memperkirakan, meski singkat, ada saat ketika kutub utara tanpa es musim panas ini. "Peluangnya 50-50. kondisi cuaca dan lautan dalam beberapa pekan mendatang menentukan seberapa banyak es yang meleleh. Yang jelas, pertanda awalnya tidak bagus," kata Mark Serreze, ilmuwan es yang juga peneliti senior di Pusat Data Es dan Salju Nasional, universitas Colorado, di Boulder, Colorado, Amerika Serikat.
Serezze mengaitkan kondisi itu dengan pemanasan global yang memang dianggap telah melelehkan lapisan es di daratan Artik tersebut puluhan tahun terakhir. "Lapisan es yang menutupi daratan kutub utara saat ini sangat tipis sehingga mungkin saja lapisan es itu meleleh habismusim panas ini," paparnya. Kalau perkiraan tersebut benar, itu akan menjadi yang pertama sepanjang sejarah. Pertama? Bukankah banyak ilmuwan yakin kutub utara pernah meleleh sebelumnya? "Memang, tapi tidak pada masa modern," tegas Serreze.

Dalam tulisannya yang dimuat situs surat kabar terbitan London The Independent edisi jumat (27/6), Serreze khawatir lautan es Artik bisa saja benar-benar terbelah di kutub utara sehingga kapal bisa berlayar di puncak dunia yang mestinya beku tersebut. "Secara simbolis, ini luar biasa penting. Seharusnya, yang ada di kutub utara es, bukan air," katanya. Sepanjang yang pernah dilihat manusia, lanjut Serreze, tak tampak tanah di kutub utara. yang terlihat hanya bongkahan es raksasa yang tak pernah meleleh sempanjang tahun. Namun, para ilmuwan telah menyaksikan lautan es Artik meleleh kian cepat dari tahun ke tahun. Belakangan, tiap kali musim panas tiba, para peneliti melihat lapisan es di benua beku itu makin tipis. Saat musim dingin tiba, memang terbentuk lapisan es baru. "Namun, lapisan ini juga tak cukup tebal sehingga langsung meleleh habis saat musim panas berikutnya datang,: tambahnya.

Beberapa tahun terakhir, serangkaian studi memperkirakan, kutub utara mungkin akan kehabisa es dalam beberapa puluh tahun mendatang. Sebuah studi yang dirilis pada 10 Juni menyebutkan, daya mencair es di kutub utara yang demikian cepat bisa mengancam wilayah sekitarnya. Musim panas tahun lalu, pencairan es Laut Artik juga mencatat rekor. Yakni, menyusut lebih dari 30 persen daripada biasanya. Di sekitar puncak pencairan pada sSeptember, suhu udara di atas daratan sebelah barat Artik tercatat naik lebih dari 2 derajat Celsius dibandingkan rata-rata suhu pada 1978-2006.


Sumber : Jawa Pos

0 komentar:

Posting Komentar